SUMPAH
PALAPA MUTIARA PERSADA
Pemuda
Gadjah Mada adalah sosok prajurit muda belia yang mempunyai
jiwa pengabdian tinggi, dia siap menyerahkan seluruh jiwa
dan raganya demi kepentingan, kebesaran dan kejayaan negaranya
Majapahit.
Dia muncul dengan kepemimpinan dan cara berpikir yang maju.
Pemberontakan demi pemberontakan telah ditumpasnya habis
dan jabatan demi jabatan telah diraihnya karena kepahlawanannya.
Tetapi tetap banyak petinggi negara yang menganggap remeh
dan mencemoohkan Gadjah Mada. Namun demikian, semangatnya
pantang surut, dia tak pernah menyerah, maju terus pantang
mundur. Gadjah Mada telah belajar dari pendahulunya Raja
Kertanegara yang mempunyai gagasan besar untuk mempersatukan
Dwipantara yang telah disebutnya sebagai Nusantara.
Pada hari yang bersejarah dan keramat terdengar bunyi gong
kerajaan mendengung penuh wibawa pertanda akan diadakan
sidang agung di paseban yang dihadiri oleh Wali Mahkota
Kerajaan, Tribhuwana Tungga Dewi (Rani) dan seluruh petinggi
kerajaan. Gadjah Mada yang sudah menjabat sebagai Maha Patih
(Menteri) kemudian memimpin sidang agung dengan penuh wibawa
yang diawali dengan sembah hormat ke Sang Rani. Gadjah Mada
akhirnya tampil di mimbar dengan tangkas, penuh percaya
diri meskipun saat itu ia masih berusia muda. Beliau memimpin
sidang agung dengan suara lantang menggelegar dengan semangat
yang berapi-api. Di tengah tengah sidang agung tadi, tiba-tiba
ia diam ………tak berkata-kata, wajahnya
berubah merah laksana darah, sorot matanya semakin tajam,
seluruh tubuhnya seperti akan meledak; dan bagaikan guntur
di tengah hari Maha Patih Gadjah Mada mengucapkan sumpahnya:
SUMPAH PALAPA; “….. saya tidak akan berhenti
berpuasa memakan buah palapa, sebelum seluruh Nusantara
kupersatukan, saya tidak akan hidup bersenang-senang sebelum
Gurun, Seram, Doran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo,
Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik menjadi satu dalam panji-panji
Majapahit. Setelah itu baru saya beristirahat….. “
Sumpah
yang telah diucapkan Patih Gadjah Mada pada abad ke XIV,
tepatnya tahun 1334 ini telah menjadi saksi dan tonggak
sejarah tentang; “Dasar-Dasar Persatuan Nusantara”.
Sumber:
Buku 700 Tahun Majapahit, Suatu Bunga Rampai, oleh Drs.
Riboet Darmosoetopo